BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
KONSEP MEDIK
1.
Definisi
·
Hernia adalah: kelemahan pada
dinding otot abdomen dimana segmen dari isi perut atau struktur abdomen lain
yang menonjol atau turn (Ignatavicius Donna, and Bayne Marilynn, 2002). Medical
Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems, hal 1368).
·
Hernia adalah suatu penonjolan isi
suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari
suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis, Sharon Mantik,
2000, Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems.
Fifth Edition. By Mosby Inc).
·
Hernia scrotalis adalah merupakan
hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum (Syamsuhidajat, 1997, Buku
Ilmu Bedah, hal 717).
2.
Klasifikasi
·
Beberapa tipe hernia adalah:
a.
Hernia Inguinal, terdiri dari 2 macam yaitu indirek dan direk. Hernia
inguinalis indirek atau disebut juga
hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal
dan mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis. Sedangkan hernia
inguinalis direk yang disebut juga
hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal
posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach.
b.
Hernia Femoral adalah hernia yang menonjol melalui cincin femoral dalam
kanalis femoral.
c.
Hernia Umbilikal adalah hernia yang menonjol melalui cincin umbilikal,
terjadi ketika muskulus rektus lemah atau saluran umbilikal gagal menutup
setelah lahir.
d.
Hernia Insisional adalah hernia yang terjadi pada bagian dari sebuah
insisi operasi sebelumnya.
·
Berdasarkan sifatnya hernia dibagi
4 macam:
a.
Hernia Reponibel yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b.
Hernia Ireponibel atau hernia akreta yaitu bila isi kantong hernia tidak
dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya
perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa
nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c.
Hernia Inkaserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia,
sehingga isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
yang mengakibatkan gangguan pasase atau vaskularisasi.
d.
Hernia Strangulata yaitu pada saat terjadi jepitan sehingga vaskularisasi
terganggu, dengan berbagai tingkatan gangguan mulai dari bendungan sampai
terjadi nekrosis.
3.
Anatomi Fisiologi
Peritoneum adalah membran serosa rangkap
yang terbesar di dalam tubuh. Terdiri dari 2 bagian utama, yaitu: peritoneum
parietal dan peritoneum viceral. Peritoneum parietal yang melapisi abdominal,
sedangkan peritoneum viceral menyelimuti semua organ yang ada di rongga
tersebut. Secara keseluruhan fungsi peritoneum yaitu menutupi sebagian besar
organ saling bergeseran tanpa ada penggesekan.
Kanalis inguinalis dibatasi di kranio
lateral oleh Anulus Inguinalis Internus yang merupakan bagian terbuka dari
fasia transversalis dan Apon Neurosis Muskulus transversus abdominalis. Di
media bawah, di atas tuberkulum pubikum kanal ini dibatasi oleh Anulus
inguinalis eksternus. Atapnya ialah aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan
didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada pria
dan ligamentum rotundum pada wanita. Nervus ilioinguinalis dan nervus ileofemoralis
mempersarafi otot di regioinguinalis, sekitar kanalis inguinalis dan tali
sperma serta sensibilitas kulit regio singuinalis, skrotum dan sebagian kecil
kulit tungkai atas bagian proksimo medial.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding
perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu
tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih
vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada 3
mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu: kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus
abdominalis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan
adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang
umumnya hampir tidak berotot. Sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat
menyebabkan terjadinya hernia.
4.
Etiologi
Penyebab dari timbulnya hernia yaitu dapat
berupa:
-
Kongenital: kanalis inguinalis
belum menutup.
-
Kelemahan dinding abdomen dan
peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat terjadi karena:
·
Kehamilan
·
Obesitas
·
Mengangkat beban berat
·
Batuk
·
Konstipasi
·
BPH
5.
Patofisiologi
Hernia dapat disebabkan karena faktor
kongenital dimana kanalis inguinalis belum menutup sehingga bila anak batuk
atau menangis maka tekanan intra abdomen meningkat. Hernia juga dapat terjadi
karena kerusakan pada keutuhan dinding otot dan peningkatan tekanan intra
abdomen. Kerusakan dinding otot hasil dari lemahnya kolagen atau adanya rongga
pada inguinal. Kelemahan otot ini dapat diperoleh karena proses menua.
Peningkatan tekanan intra abdomen berhubungan dengan kondisi kehamilan dan
obesitas, atau dapat juga terjadi karena mengangkat beban berat atau batuk.
Dengan kondisi tersebutlah maka akan timbullah hernia. Hernia dapat
dikembalikan secara manual atau tidak dapat dikembalikan dikarenakan sudah ada
perlengketan. Sehingga akan terjadi obstruksi yang dinamakan hernia inkeserata.
Dengan adanya obstruksi ini maka akan terjadi gangguan penyerapan cairan dan
elektrolit dan aliran darah pun akan terganggu. Dengan aliran darah terganggu
maka akan timbul edema sehingga akan
terjadi iskemik dan perforasi yang pada
akhirnya nekrosis jaringan pun terjadi. Distensi abdomen, mual, muntah, nyeri,
demam, takikardi, adalah tanda dari strangulata.
6.
Tanda dan Gejala
-
Nyeri
-
Muntah, mual
-
Nyeri abdomen
-
Distensi abdomen
-
Kram
-
Ada penonjolan keluar
7.
Test Diagnostik
-
Serum elektrolit meningkat.
-
Leukosit : >10.000 – 18.000 /mm3
-
Foto sinar X di daerah hernia.
8.
Komplikasi
a.
Terjadi perlekatan antara isi
hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali.
b.
Terjadi penekanan terhadap cincin
hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit
dan menimbulkan gangguan penyaluran usus halus.
c.
Timbul edema bila terjadi obstruksi
usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
d.
Bila terjadi penyumbatan dan
perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
e.
Bila inkarserata dibiarkan, maka
lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan
terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena terjepit, melainkan ususnya
terputar.
f.
Bila isi perut terjepit dapat
terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
9.
Penatalaksanaan Medik
a.
Istirahat tirah baring dan beri
diit lunak/diit saring
b.
Pemakaian celana suspensoar.
c.
Operatif
·
Hernioplasty: memperkecil angulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
·
Herniotomy: pembesaran hernia
sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan, jika ada
perlengketan kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin
lalu dipotong.
·
Herniorraphy: mengembalikan isi
kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan muskulus transversus internus dan muskulus oblikus internus
abdominalis ke ligamen inguinale.
B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pre Operasi
1.
Pengkajian
a.
Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
-
Benjolan daerah skrotum
-
Riwayat timbulnya benjolan
b.
Pola nutrisi metabolik
-
Mual, muntah
-
Anoreksia
-
Distensi abdomen
-
Diit rendah serat
-
Demam
c.
Pola eliminasi
-
Konstipasi
-
Sering mengejan
-
Kebiasaan BAB/BAK
d.
Pola aktivitas dan latihan
-
Kebiasaan mengangkat beban berat
-
Pekerjaan klien
e.
Pola kognitif dan sensori
-
Nyeri
f.
Pola reproduksi dan seksual
-
Kehamilan pada wanita
-
Hipertrofi prostat pada pria
g.
Pola mekanisme koping
-
Cemas karena operasi
-
Cemas akan penyakit
2.
Diagnosa Penyakit
a.
Nyeri berhubungan dengan adanya
benjolan.
b.
Kecemasan berhubungan dengan
tindakan medik yang akan dilakukan seperti operasi.
c.
Potensial perubahan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
d.
Kurang pengetahuan tentang proses
penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi yang jelas dan tepat.
3.
Perencanaan Keperawatan
DP.1. Nyeri
berhubungan dengan adanya benjolan.
HYD: Nyeri
hilang setelah dilakukan tindakan medik.
Rencana tindakan:
a.
Kaji intensitas nyeri, lokasi,
jenis.
R/ Mempermudah
pengelolaan, daya tahan tubuh dan pengurasan nyeri.
b.
Observasi TTV (TD, N, S).
R/ Mengkaji
tanda-tanda syok.
c.
Beri posisi tidur yang nyaman: semi
fowler.
R/ Mengurangi
ketegangan abdomen.
d.
Anjurkan pasien untuk mengurangi
aktivitasnya.
R/ Aktivitas
yang berlebihan dapat meningkatkan nyeri.
e.
Anjurkan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi: nafas dalam.
R/ Teknik
relaksasi dapat mengurangi ketegangan abdomen.
f.
Anjurkan untuk tidak mengejan.
R/ Mencegah
terjadinya peningkatan tekanan intraabdomen.
g.
Kolaborasi dengan medik.
R/ Menentukan
pemberian terapi selanjutnya.
DP.2. Kecemasan
berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan seperti operasi.
HYD: - Kecemasan berkurang
-
Ekspresi wajah klien tampak rileks.
-
Klien dapat bekerjasama dalam
tindakan medik yang diberikan.
Rencana tindakan:
a.
Kaji tingkat kecemasan pasien.
R/ Mengetahui
sejauh mana kecemasannya.
b.
Dorong klien untuk mengungkapkan
kecemasannya.
R/ Mengurangi
kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.
c.
Libatkan keluarga yang dekat dengan
pasien.
R/ Mengurangi
kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri.
d.
Berikan informasi yang jelas setiap
prosedur tindakan yang akan diberikan.
R/ Mengurangi
kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.
e.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
penggunaan koping yang positif.
R/ Membantu
mengurangi kecemasan.
f.
Beri penyuluhan tentang prosedur
pre-operasi dan post operasi.
R/ Mengurangi
kecemasan klien.
DP.3. Potensial
perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
HYD: Kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
Rencana tindakan:
a.
Kaji intake output.
R/ Sebagai
dasar dalam merencanakan asuhan keperawatan.
b.
Beri makanan dalam porsi kecil tapi
sering.
R/ Merangsang
nafsu makan dalam mencegah mual dan muntah.
c.
Sajikan makanan yang hangat.
R/ Merangsang
nafsu makan dan mencegah mual muntah.
d.
Timbang berat badan tiap hari.
R/ Menentukan
kegunaan nutrisi pasien terpenuhi/tidak.
e.
K/P kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Menentukan
rencana pemberian nutrisi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi.
DP.4. Kurang
pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi yang
jelas dan tepat.
HYD: - Pasien
mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan pengobatan.
-
Berpartisipasi dalam pengobatan.
Rencana tindakan:
a.
Kaji tingkat pengetahuan tentang
proses penyakit.
R/ Mempermudah
dalam pemberian informasi sesuai dengan tingkat pengetahuan.
b.
Jelaskan proses penyakit.
R/ Pasien
perlu mengerti tentang kondisi dan cara untuk mengontrol timbulnya serangan
nyeri.
c.
Motivasi pasien untuk menghindari
faktor/situasi yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri.
R/ Dapat
menurunkan insiden/beratnya serangan.
d.
Kaji pasien untuk
mengidentifikasikan sumber nyeri dan benjolan, serta diskusikan jalan keluar
untuk menghindarinya.
R/ Merupakan
langkah untuk membatasi/mencegah terjadinya nyeri.
e.
Anjurkan pasien untuk mengontrol
berat badan, menggunakan teknik yang benar dalam mengangkat beban berat dan
menggunakan celana penyokong.
R/ Mengurangi
faktor resiko terjadinya komplikasi.
Post Operasi
1.
Pengkajian
a.
Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
-
Keluhan nyeri pada insisi luka.
-
Keadaan balutan: ada rembesan
b.
Pola nutrisi metabolik.
-
Keadaan bising usus.
-
Mual, muntah.
-
Pemberian diit lunak/saring.
-
Demam.
c.
Pola eliminasi
-
Keluhan BAK dengan pemasangan kateter.
-
Konstipasi, retensi.
d.
Pola aktivitas dan latihan
-
Tirah baring
-
Penggunaan suspensoar (celana
penyokong)
e.
Pola persepsi dan kognitif
-
Nyeri pada luka operasi.
-
Pusing.
2.
Diagnosa Penyakit
a.
Nyeri berhubungan dengan insisi
luka operasi.
b.
Potensial injuri pada luka operasi
berhubungan dengan masih lemahnya area operasi.
c.
Kurang pengetahuan tentang
perawatan di rumah dan follow up.
d.
Resiko infeksi berhubungan dengan
insisi bedah.
3.
Perencanaan Keperawatan
DP.1. Nyeri
berhubungan dengan insisi luka operasi.
HYD: Nyeri
berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan:
a.
Kaji intensitas, lokasi dan
karakteristik nyeri.
R/ Menentukan
tindakan selanjutnya.
b.
Observasi tanda-tanda vital.
R/ Peningkatan
tanda vital merupakan indikator adanya nyeri.
c.
Pertahankan istirahat dengan posisi
yang nyaman < semi fowler>
R/ Menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah karena posisi terlentang.
d.
Anjurkan teknik relaksasi nafas
dalam.
R/ Mengurangi
rasa nyeri.
e.
Dorong klien untuk ambulasi dini.
R/ Meningkatkan
normalisasi fungsi organ.
f.
Anjurkan klien untuk membatasi
aktifitas seperti tidak mengangkat beban berat, tidak mengejan.
R/ mencegah
komplikasi selama proses penyembuhan.
g.
Kolaborasi dengan medik untuk
pemberian analgesik.
R/ Mengurangi
nyeri.
DP.2. Potensial
injuri pada luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area operasi.
HYD: Penyembuhan
luka tanpa komplikasi.
Rencana tindakan:
a.
Anjurkan menekan insisi luka
operasi bila batuk/bersin.
R/ Batuk
dan bersin meningkatkan tekanan intra abdominal dan stressing pada insisi.
b.
Observasi tanda-tanda vital.
R/ Untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
c.
Berikan hidrasi adekuat 2-3
liter/hari dan makanan yang cukup serat.
R/ Supaya
tidak terjadi konstipasi.
d.
Periksa scrotum, catat tanda edema
dan hematoma.
R/ Edema
dan perdarahan dapat terjadi 2-3 hari post operasi.
e.
Gunakan celana penyokong
(suspensoar).
R/ Membantu
menyokong scrotum dan mengurangi edema serta memperkuat dinding abdomen.
DP.3. Kurang
pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.
HYD: Klien
mengetahui cara perawatan di rumah sehingga komplikasi tidak terjadi.
Rencana tindakan:
a.
Hindari mengangkat beban berat,
mengejan.
R/ mencegah
komplikasi setelah operasi.
b.
Beri diit tinggi serat seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan serta
minum 2-3 liter.
R/ Mencegah
konstipasi dan mencegah hiperperistaltik usus.
c.
Lakukan follow up secara teratur.
R/ mengetahui
perkembangan status kesehatan klien.
d.
Anjurkan menggunakan celana
penyokong.
R/ Menyokong
daerah yang telah dioperasi yang memungkinkan akan kembali lagi bila tidak ada
sokongan dikarenakan masih lemahnya daerah operasi.
DP.4. Resiko
infeksi berhubungan dengan insisi bedah.
HYD: - Tidak ada tanda-tanda infeksi.
-
Proses penyembuhan luka tepat
waktu.
Rencana tindakan:
a.
Observasi tanda-tanda vital, adanya
demam, menggigil, berkeringat.
R/ Sebagai
indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis.
b.
Observasi daerah luka operasi,
adanya rembesan, pus, eritema.
R/ Deteksi
dini terjadinya proses infeksi.
c.
Berikan informasi yang tepat, jujur
pada pasien/orang terdekat.
R/ Pengetahuan
tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu mengurangi
ansietas.
d.
Kolaborasi dengan medik untuk
terapi antibiotik.
R/ Membantu
menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.
4.
Perencanaan Pulang
a.
Tidak boleh mengangkat beban berat
selama kurang lebih 6-8 minggu setelah operasi agar tidak kambuh lagi dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
b.
Diit tinggi serat seperti sayuran
dan buah-buahan serta banyak minum air
putih 2-3 liter /hari untuk menghindari konstipasi atau mengejan dan
hiperperistaltik usus.
c.
Anjurkan menggunakan celana
penyokong (suspensoar) untuk menyokong daerah skrotum dan memperkuat dinding
otot abdomen.
d.
Melakukan aktivitas secara bertahap
seperti dari bed rest, miring kiri dan kanan, duduk di tempat tidur, berdiri di
samping tempat tidur atau berpegangan, dan jalan.
e.
Anjurkan untuk menjaga balutan
tetap bersih dan kering untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kontrol sesuai
jadwal dan minum obat secara teratur sesuai dosis supaya dapat mengetahui
perkembangan status kesehatan klien dan mempercepat proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
James.E (1983). Grant’s Atlas Of Anatomy. Eightth edition
Brunner and Suddarth (2002). Text book
of Medical Surgical Nursing, Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara
(2002). Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Edisi 8, Vol. 2. Jakarta EGC.
Doengoes, E. Marilynn (1993). Nursing
Care Plans, Guidelines for Planning and Documenting Patient Care. Alih bahasa: I Made Kariasa, S.Kp (1993). Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.
Ignatavicius D. Donna VB. Marilynn (2002).
Medical Surgical Nursing: Assessment and Management for Continuity of
Care. Fifth Edition. Philadelphia: W.B.
Saunders Company.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical
Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. Fifth Edition. Missouri. By Mosby Inc.
Long. C. Barbara (1985). Essentials
of Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach. The CV. Mosby Company.
Guyton & Hall (1996). Textbook
Of Medical Physiology. Alih Bahasa: dr. Irawati Setiawan. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC
Hardja Saputra (1997). Data Obat
Indonesia. Edisi 10. Jakarta. Grafidian Medipres.
http://www.kompas.co.id/kesehatan.Hernia, Jangan Dianggap SEPELE! Sabtu.03 April 2004.
Panitia S.A.K. Komisi Keperawatan PKSC
(2000). HERNIA. Seri III5. PKSC
Syamsuhidayat (1997). Ilmu Bedah. EGC.
OBAT HERNIA HERBAL | PENGOBATAN HERNIA TANPA OPERASI
BalasHapusJUAL CELANA HERNIA MAGNETIK BUTTERFLY ANAK BAYI DAN DEWASA HARGA MURAH
OBAT HERNIA
BalasHapusTERIMA KASIH INFO, SANGAT BERMANFAAT
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussifat sifat persoalan Sipilis pada Wanita
BalasHapusKeluarnya air yg tak normal permulaan batang air kencing dan atau liang senggama ( Keputihan yg banyak beraroma amis, beragam putih kehijauan )Rasa nyeri dikala kencing atau disaat berhubungan seksual, kembali Rasa gatal di media kelamin atau sekitarnya, Adanya kuku timbil kecil ( kadang ada yang tidak terasa sakit ) yg disertai bersama pembengkakan kelenjar getah bening.Adanya perselisihan warna kulit dan mata buat wanita permasalahan ini tidak memperlihatkan simptom yg jelas atau bahkan tak mewarisi persoalan sama sekali, sehingga wanita gampang jadi mata air penularan.
Jika anda punya permasalahan kurang lebih perkara kelamin yg anda rasakan, jangan sampai ragu untuk bertanya guna kami dikarenakan isikan interviu aman terurus privasi penanggung terlindugi, dan anda dapat slow berkonsultasi serta-merta. anda mampu menghubungi hotline di (021)-62303060 kepada bicara bersama jago Klinik Apollo, atau klik
chat online ini terhadap berkonsultasi dengan mumpuni klinik Apollo.
wartadokter
Rumah sakit apollo
chat now